Asian School of the Environment (ASE) NTU Singapura-Unmas Denpasar:
Mengenal Nilai Luar Biasa Lanskap Budaya Subak Pulagan, Tampaksiring
Bulan Mei 2024 menjadi bulan kegiatan belajar lingkungan secara langsung dari Asian School of the Environment (ASE) Nanyang Technological University (NTU), Singapura yang telah menjalin kerja sama dengan Universitas Mahasaraswati (Unmas) Denpasar. Kunjungan ke Bali dan mengenal lebih jauh nilai luar biasa lanskap budaya subak dilaksanakan pada kegiatan bersama dua dosen dan 58 mahasiswa ASE NTU dengan Unmas Denpasar yang melibatkan tiga dosen dan delapan mahasiswa, tepatnya pada 13 dan 17 Mei 2024.
Keterlibatan Unmas Denpasar diwakili oleh dua dosen dari Program Studi Pendidikan Biologi, yaitu Prof. Dr. Sang Putu Kaler Surata, M.S., dan Ida Bagus Ari Arjaya, S. Pd., M.Pd., sedangkan dari Program Studi Sastra Inggris, ada Prof. Dr. I Gusti Agung Sri Rwa Jayantini., S,S., M.Hum.
Kegiatan berlangsung dari pagi hingga menjelang sore di Subak Pulagan, Desa Tampaksiring, Kecamatan Tampaksiring, Kabupaten Gianyar, Bali.Sejalan dengan semangat Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM), kegiatan yang merupakan realisasi kerja sama antara ASE NTU dan Unmas Denpasar ini menjadi menarik karena melibatkan mahasiswa di kedua prodi yang dosennya terlibat. Di bidang Pendidikan Biologi, mahasiswa dapat berkegiatan di luar kampus dan belajar bersama dengan mahasiswa NTU tentang eksistensi subak dalam wujud fisiknya sebagai jaringan ekosistem persawahan. Kegiatan ini juga memperdalam konsep “biokultur” sebagai hubungan erat antara keanekaragaman hayati dan budaya lokal. Dalam kerangka biokultur, harmonisasi antara aspek biologis dan budaya berkaitan dengan perilaku manusia.
Sementara itu, bagi mahasiswa di Program Studi Sastra Inggris, kegiatan yang disebut Field Study ke Subak Pulagan ini menjadi kesempatan bagi mahasiswa untuk praktik melakukan penjurubahasaan (interpreting), terutama yang berlatar kegiatan masyarakat, yang disebut penjurubahasaan komunitas (community interpreting). Mahasiswa turut memandu narasumber kegiatan, yaitu pekaseh (pimpinan) Subak Sulagan dan petani yang tidak bisa berbahasa Inggris.